Oleh: M. Syarbani Haira*
Ketua Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia (Baznas RI), Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, memanfaatkan moment kehadirannya ke Banjarmasin, dalam rangka memenuhi undangan panitia Musyabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)ke-26, di Kalimantan Selatan tahun 2022, dengan melakukan konsolidasi dan silaturahim di lingkungan jajaran Baznas Kabupaten Kota se Kalimantan Selatan.
Konsolidasi dan silaturahim Baznas se Kalimantan Selatan ini, dihadiri semua pimpinan Baznas Kalsel dan semua pimpinan Baznas kabupaten kota, kecuali Baznas Kabupaten Kotabaru (yang memang jauh). Acara berlangsung di sebuah hotel kawasan Jalan Ahmad Yani, di Banjarbaru, Kamis, 13 Oktober 2022 kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Noor Achmad, secara khusus melakukan penguatan terhadap jajaran Baznas daerah, baik Baznas Provinsi, mau pun Baznas Kabupaten Kota se Kalimantan Selatan.
Noor Achmad mengatakan, semua pimpinan Baznas se Indonesia, baik yang ada di pusat, provinsi, serta kabupaten kota, adalah “amil zakat negara”. “Ini predikat berat, sekaligus membanggakan” tegas mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahasy) Semarang ini.
Disebut “berat” karena tugas amil itu bertanggung-jawab secara agama, juga pada negara. Sedang disebut “membanggakan” karena para amilin dan amilat adalah kelompok khusus, sangat terbatas. Tidak semua orang bisa menyandang predikat tersebut, sebagaimana diatur dalam UU No : 23 tahun 2011.
Perintah Agama
Menurut Noor Achmad, dalam Islam perintah ber-zakat setara dengan perintah keagamaan lainnya. Misalnya, sholat, puasa, serta ibadah haji. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan, setiap perintah sholat, selalu diikuti dengan perintah membayar zakat.
Kenapa ini bisa terjadi ? Karena manusia menjalani kehidupan di bumi ini, selain disertai aneka hak dan kewajiban, juga tanggung-jawab. Maka itu, terkait dengan perintah zakat ini, selalu harus mengkaji masalah regulasinya, juga soal humanisme-nya, atau kemanusiaan.
Dari sisi regulasi manusia, tutur Noor Achmad, maka seyogyanya harus difahami siapa saja yang wajib ber-zakat ? Lantas, siapa saja yang berhak menerimanya ? Kemudian, berapa nilainya ? Kapan waktunya ? Juga, barang dan jenisnya ? Serta beragam pertanyaan lainnya.
Sementara, soal kemanusiaannya, antaranya soal harta kekayaan seseorang manusia. Harapannya jangan sampai harta pada manusia itu hanya didominasi dan berputar-putar oleh satu dua orang saja. Nyatanya kemiskinan itu memang ada. Justru inilah yang harus kita atasi secara bersama-sama.
“Inilah antara lain problema kemanusiaan,” tegas doctor alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Bekerja Full dan Ikhlas
Berangkat dari fenomena tersebut, maka Ketua Baznas RI ini meminta semua pimpinan Baznas se Indonesia, khususnya yang ada di Kalimantan Selatan, untuk bekerja full time. Semata buat umat dan negara. Selain itu, juga disertai dengan semangat keikhlasan, jalan bersama, serta disertai dengan ide-ide dan gagasan brilliant semata buat kemajuan Baznas.
Untuk itu dalam satu minggu itu minimal satu kali rapat pimpinan. Agendanya, mengevaluasi perjalanan. Juga menggagas langkah ke depan.
Menjadi pimpinan Baznas jangan cuma diam saja. Jadi pimpinan Baznas itu ya bekerja. Bekerja untuk negara, dan untuk umat. Disertai dengan ide-ide segar dan brilliant.
Kompetensi pimpinan Baznas harus ditingkatkan. Ini penting buat memobilisasi amil-amil yang ada. Juga sekaligus modal buat berhadapan dengan masyarakat luas, khususnya pejabat negara.
Kompetensi para amil juga harus ditingkatkan. Karena mereka lah ujung tombaknya. Maka itu ada sinerji antara pimpinan Baznas dengan para amilin amilat. Jika sudah demikian, maka target Baznas dalam menjalankan tugas utamanya dalam mengumpulkan dana umat akan berjalan dengan baik, berhasil.
Demikian sejumlah point penting, pengarahan silaturahim dan penguatan kinerja, Ketua Baznas RI Prof Dr. Noor Achmad, MA, dengan para pimpinan Baznas se Kalimantan Selatan khususnya.
Sebelumnya, pimpinan Baznas RI ini menyempatkan diri mengunjungi “Kebun Sehat” proyek Baznas Kalsel di Kota Banjarmasin.
Kebun ini walau kecil, tapi hebat, kata Prof Achmad. Kenapa ? Karena sedikitnya ada 30 janda yang punya kegiatan setiap hari.
Walau hasilnya tidak terlampau besar, tetapi bisa membahagiakan para mak-mak tersebut. Mereka punya kegiatan, sekaligus bisa silaturahim. Ini membuat mereka hidup bahagia. Inilah bagian dari masalah kemanusiaan kita, tegas Noor Achmad.
.*M. Syarbani Haira, Amil Zakat Baznas Kalimantan Selatan